sumber : hasanalbanna.com
oleh Mustafa as-Sibai
Pada pertemuan sebelumnya, kita telah berjalan-jalan ke abad pertengahan
dan menyaksikan kontradiksi peradaban Barat dan Islam. Kita saksikan
bagaimana Eropa hidup di dalam gumpalan kekumuhan yang ekstrim sementara
dunia Islam gemerlap dengan kemajuan peradaban yang tidak terbayangkan.
Sekarang marilah kita melakukan kajian tentang faktor- faktor yang lebih
jauh menyebabkan kemajuan peradaban Islam itu. Demikian juga kita
kenali lebih dalam karakteristik kemajuan peradaban Islam di masa lalu.
Peradaban kita, peradaban Islam, merupakan matarantai dari
peradaban-peradaban manusia yang didahului oleh perdaban-peradaban dan
akan disusul oleh peradaban-peradaban lain.
Berdiri dan runtuhnya peradaban kita mempunyai faktor-faktor yang
termasuk dalam rangkaian pembicaraan kami. Disini kami hanya ingin
mengungkapkan peranan peradaban kita yang cukup penting dalam sejarah
kemajuan manusia. Kami akan memaparkan pula sejauh mana sumbangan abadi
yang ditampilakan peradaban kita kepada manusiaan di berbagai bangsa dan
wilayah baik dalam aqidah, ilmu, moral, hukum, seni dan sastra.
Faktor-Faktor yang Menjadikan Peradaban Islam`Unik`
Yang paling menarik perhatian para peneliti terhadap peradaban kita
adalah beberapa karakteristik yang membuat peradaban kita menjadi unik,
antara lain:
1. Berasas Tauhid
Peradaban kita berpijak pada asas wahdaniah (ketunggalan) yang mutlak
dalam aqidah. Peradaban kita adalah peradaban pertama yang
menyerukan bahwa Tuhan itu satu dan tidak mempunyai sekutu dalam
kekuasaan dan kerajaanNya. Hanya Dia yang disembah dan hanya Dia yang
dituju oleh kalimat Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan (Iyyaaka na`budu wa iyyaaka nas ta`iin).
Hanya Dia yang memuliakan dan menghinakan, yang memberi dan
mengaruniai. Tiada sesuatupun di langit dan di bumi kecuali berada
kekuasaan dan pengaturan-Nya.
Ketinggian dalam memahami wahdaniah ini mempunyai pengaruh besar
dalam mengangkat martabat manusia, dalam membebaskan rakyat jelata dari
kezaliman raja, pejabat, bangsawan dan tokoh agama. Tidak itu saja,
tapi wahdaniah ini juga berpengaruh besar dalam meluruskan hubungan
antara peguasa dan rakyat, dalam mengarahkan pandangan hanya kepada
Allah semata sebagai pencipta mahkluk dan Robb adalah Islam yang hampir
membedakannya dari seluruh peradaban baik yang telah berlalu maupun yang
akan datang, yakni kebebasannya dari setiap fenomena paganisme (paham
keberhalaan) dalam aqidah, hukum, seni, puisi dan sastra. Inilah
rahasia yang membuat peradaban Islam berpaling dari penerjemahan
mutiara-mutiara sastra Yunani yang paganis (keberhalaan), dan ini
pula yang menjadi rahasia mengapa peradaban Islam lemah daam seni-
seni pahat dan patung meskipun menonjol dalam seni seni-seni ukir dan
desain bangunan.
Islam yang menyatakan perang sengit terhadap paganisme (keberhalaan) dan
fenomena-fenomenanya yang tidak mengijinkan peradabannya disusupi
dengan fenomena-fenomena paganis dan sisa-sisanya terus ada jaman
sejarah paling kuno, seperti patung orang-orang besar, orang shalih,
nabi maupun penakluk. Patung- patung itu termasuk fenomena paling
menonjol dari peradaban-peradaban kuno dan peradaban modern karena tidak
satu pun dari peradaban -peradaban itu dalam aqidah wahdaniyah (monotisme) mencapai batas yang telah dicapai oleh perdaban Islam.
Kesatuan dalam aqidah ini mencetak setiap asas dan sistem yang dibawa
peradaban kita. Ada kesatuan dalam risalah, kesatuan dalam
perundang-undangan, kesatuan dalam tujuan-tujuan umum, kesatuan dalam
eksitensi universal manusia, dan kesatuan dalam sarana- sarana
penghidupan serta model pemikiran. Bahkan para peneliti seni keislaman
telah menyaksikan adanya kesatuan gaya dan rasa dalam bentuknya yang
beraneka macam. Sepotong gading Andalus, kain tenun Mesir, benda keramik
Syria dan benda logam Iran tampak memiliki gaya dan karakter yang sama
meskipun bentuk dan hiasannya berbeda.
2. Kosmopolitanisme
Peradaban Islam bervisi kosmopolitan. Qur`an telah menyatakan kesatuan
jenis manusia meskipun berbeda- beda asal-usul keturunan, tempat tinggal
dan tanah airnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah
Ta`ala:
`Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal. sesungguhnya orang yang paing mulia di
antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.`(Al Hujurat
13)
Ketika menyatakan kesatuan manusia yang kosmopolitan di atas jalan
kebenaran, kebaikkan dan kemuliaan, Al-Qur`an telah menjadikan
peradaban Islam sebagai simpul yang menghimpun semua kejeniusan
bangsa-bangsa dan potensi umat yang bernaung di bawah panji-panji
peradaban Islam. Setiap peradaban dapat membanggakan tokoh-tokoh jenius
hanya dari putera-puteranya yang satu ras dan satu umat tetapi peradaban
Islam tidak demikian.
Peradaban Islam dapat membanggakan tokoh-tokoh jenius pembangun
istananya dari semua umat dan bangsa. Abu hanifah, Malik, Syaf`i, Ahmad,
Al Khalil, sibawaih, Al Kindi, Al Ghazali, Al Farabi, Ibnu Rusyd dan
tokoh-tokoh lain semisal mereka adalah manusia dari kebangsaan yang
berbeda-beda. Yang satu tinggal di Asia, yang lainya di Afrika, dan yang
lainnya lagi di Eropa. Namun tokkoh yang berlainan asal-usul dan tanah
airnya adalah lebih dikenal sebagai tokoh-tokoh jenius Islam, ketimbang
tokoh dari sebuah negara yang sempit atau bangsa tertentu. Lewat mereka,
peradaban Islam mampu mempersembahkan produk pemikiran yang paling
mengagumkan.
Bahkan yang lebih menarik lagi, umumnya mereka bukan berkebangsaan Arab
dan bukan berasal dari keturunan penduduk gurun pasir tanah Jazirah
Arabia. Mereka berasal dari negeri yang sangat jauh dari tanah Mekkah
dan Madinah, namun peradaban Islam telah menjadikan mereka hidup dalam
sebuah negara kosmopolitan, yaitu Khilafah Islamiyah.
Peradaban Islam tidak mengenal nation yang kecil dan terpecah-pecah.
Sebaliknya, peradaban Islam menyatukan umat manusia dari beragam latar
belakang ras, bangsa, wilayah geografis, keturunan dan beragam bahasa.
Tanpa menghilangkan jati diri dan identitas masing-masing.
3. Berasas Pada Moral Yang Agung
Peradaban kita menjadikan tempat pertama bagi prinsip-prinsip moral
dalam setiap sistem dan berbagai bidang kegiatannya. Peradaban kita
tidak pernah lepas dari prinsip-prinsip moral ini. Bahkan moral menjadi
ciri khas peradaban Islam.
Islam tidak mengenal penjajahan dan eksplotiasi kekayaan suatu negeri,
apalagi menghina dan memperkosa wanita-wanita. Para penyebar Islam ke
berbagai negeri justru menjadi guru dalam bidang moral buat setiap
negeri yang dimasukinya.
Peradaban Islam sungguh kontras peradaban Barat hari ini yang gencar
mengekspor free sex, lesbianisme, homoseksual, hedonisme dan dekadensi
moral. Barat mengatakan bahwa perilaku seks sejenis adalah hak asasi
manusia dan melegalkannya. Bahkan secara hukum telah meresmikan
pasangan laki-laki menikah sejenis untuk membentuk sebuah rumah tangga
yang diakui secara hukum.
Presiden Amerika pernah mengumumkan bahwa lebih satu juta dari sekitar
enam juta pemuda Amerika yang harus mengikuti wajib militer tidak laik
menjadi tentara karena terkena penyakit sepilis. Dan 30 sampai 40 ribu
anak mati karena korban penyakit kotor orang tuanya dalam setiap
tahunnya.
Pemerintahan militer Prancis terus menerus kekurangan pemuda-pemuda
yang laik menjadi sukarelawan dari segi kesehatan badan. 75 ribu orang
tentara yang terpaksa harus diberhentikan dan dimasukkan ke rumah sakit
karena mengidap penyakit kotor (sipilis).
Kasus kawin cerai para selebriti dan gaya hidup selingkuh di negeri ini
tidak lain dari pengaruh gaya hidup barat. Zina dan seks ala binatang
adalah diantara pernik-perniknya. Peradaban barat telah melahirkan
anak-anak yang tidak pernah tahu siapakah ayah mereka, karena
mereka lahir dari rahim wanita-wanita yang terbiasa berzina dengan
sejumlah besar laki-laki. Dimana ibu mereka pun lupa dengan siapa saja
pernah berzina dan tidak pernah tahu secara pasti benih siapakah yang
ada dalam perutnya. Nauzu Billah…
Dan wajar pula bila penyakit AIDS yang mematikan lahir di peradaban mereka.
Peradaban Islam mengajarkan persamaan derajat manusia. Menghormati dan
memuliakan wanita serta menempatkan pada posisi yang sangat penting.
Mengharamkan protitusi baik resmi maupun terselubung. Mengharamkan
zina dan perselingkuhan.
4. Menyatukan Agama dan Negara
Umumnya peradaban yang dikenal manusia memisahkan antara agama dengan
negara. Seakan keduanya adalah dua sisi yang tidak bisa bertemu.
Namun peradaban Islam mampu menciptakan tatanan negara dengan berpijak
pada prinsip-pinsip kebenaran dan keadilan, bersandar pada agama dan
aqidah tanpa menghambat kemajuan negara dan kesinambungan peradaban.
Dalam peradaban Islam bahkan agama merupakan salah satu faktor terbesar
kemajuan dalam bernegara. Maka, dari dinding masjid di bagdad, Damaskus,
Kairo, Cordoba, dan Granada memancarlah sinar-sinar ilmu ke segenap
penjuru dunia.
Peradaban Islamlah satu-satunya peradaban yang tidak memisahkan agama
dari negara, sekaligus selamat dari setiap tragedi percampuran antara
keduanya sebagaimana yang dialami Eropa pada abad-abad pertengahan.
Kepala negara adalah khalifah dan amir bagi orang-orang mukmin, tetpi
kekuasaan disisinya adalah untuk kebenaran. Adapun pembuatan undang-
undang diserahkan kepada pakar-pakarnya Setiap kelompok ulama
(ilmuwan) mempunyai spesialisasi sendiri-sendiri, dan semua sama di
hadapan undang- undang keutamaan yang satu atas yang lainnya
ditentukan oleh taqwa dan pengabdian umum kepada manusia, sebagaimana
yang pernah di ucapkan Rasulullah Saw megenai keadilan dalam
perundang- undangan ini. Beliau berkata,
“Demi Allah, andaikata Fatimah, putri Muhammad mencuri, pasti Muhammad memotong tangannya.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Rasulullah juga bersabda:
“Semua
makhluk adalah keluarga besar Allah, maka orang yang paling dicintai
Allah adalah yang paling bermanfaat bagi keluarga besarNya.” (HR. Al
Bazzar)
Inilah agama yang menjadi alas pijak peradaban kita. Di dalamnya tidak
ada keistimewaan atau kekhususan untuk seorang pemimpin, tokoh
agama, bangsawan maupun hartawan. Perhatikanlah firman Allah yang
diturunkanNya kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam:
“Katakanlah (Muhammad):`Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu,’”(Al Kahfi 110)
5. Toleransi Yang Mulia
Peradaban kita mempunyai toleransi keagamaan yang mengagumkan, yang
tidak pernah dikenal oleh peradaban lain yang juga berpijak kepada
agama. Orang yang tidak percaya kepada semua agama atau Tuhan tidak
tampak aneh jika ia memandang semua agama berdasarkan pengertian yang
sama serta memperlakukan pemeluk-pemeluknya dengan ukuran yang sejajar.
Tetapi pemeluk agama yang meyakini bahwa agamanya benar dan aqidahnya
paling lurus dan syah, kemudian dia diberi kesempatan untuk memanggul
senjata, dan meduduki kursi pengadilan dan kesempatan itu tidak
membuatnya zalim atau menyimpang dari garis-garis keadilan, atau tidak
menjadikan dia memaksa manusia untuk mengikuti agamanya, maka orang
semacam ini sungguh sangat aneh ada dalam sejarah.
Apalagi jika dalam sejarah ada peradaban yang berpijak pada agama dan
menegakkan fenomena-fenomenanya di atas prinsip-prinsip agama itu, lalu
ia pun dikenal sejarah sebagai peradaban yang paling kuat toleransinya,
keadilannya, kasih sayangnya dan kemanusiaannya. Inilah yang diperbuat
oleh peradaban kita dan akan kita dapati puluhan contohnya dalam
pembicaraan kita selanjutnya.
Cukuplah bagi kita untuk mengetahui bahwa peradaban kita menjadi unik
dalam sejarah karena mendirikannya adalah satu agama tetapi
keberadaannya untuk agama- agama lain seluruhnya.
Itulah beberapa karakteristik dan keistimewaan peradaban kita dalam
sejarah perdabana. Semua karakteristik dan keistimewaan itu mejadikan
peradaban kita sebagai objek kekaguman dunia menjadi pusat perhatian
orang-orang merdeka dan cendekia dari setiap ras dan agama.
Ketika perdaban kita kuat, ia memerintah, mengarahkan, mendidik dan
mengajarkan ilmu, tetapi tatkala ia runtuh dan peradaban lain sesudahnya
berdiri maka muncullah berbagai pandangan menilai perdaban kita. Ada
yang mencemoohkannya an ada pula yang mengaguminya. Ada yang
membicarakan keutamaannya dan ada pula yang berlebihan dalam mencelanya.
Begitu pula dengan berbagai pandangan peneliti-peneliti Barat mengenai
peradaban kita. Mereka tidak melakukan hal itu seandainya mereka
bukan orang-orang kuat. Mereka adalah pemegang ukuran- ukuran kekuasaan
dan sumber rujukan pendapat-pendapat, yang sekarang ini memegang
kendali peradaban. Sedangkan orang-orang kuat untuk menjarah kekayaan
mereka dan mejajah negeri mereka dengan tamak dan rakus. Barang kali
itulah sikap si kuat terhadap si lemah. Dia mencemooh dan meremehkan
kemampuan si lemah. Seperti itulah yang di perbuat oleh orang-orang
kuat di setiap masa sejarah, kecuali kita. Ketika kuat, kita tetap
berlaku adil kepada manusia, baik yang kuat maupun yang lemah. Peradaban
kita menunjukkan keutamaan bagi yang berhak, baik bagi orang Timur
maupun orang Barat. Apakah ada yang seperti kita dalam sejarah kedilan
hukumnya dalam membersihkan niat dan kelurusan nurani?
Namun sayangnya, kita tidak pernah menyadari kefanatikan orang-orang
kuat itu melawan kita. Kita tidak menyadari kezaliman mereka dalam
menguasai peradaban kita. Banyak di antara mereka yang jika fanatik
terhadap suatu agama, maka kefanatikan itu membuatkan matanya dari
melihat kebenaran, atau jika fanatik terhadap suatu kebangsaan
(nasionalisme) maka kebesaran nasionalisme itulah yang mendorongnya
untuk tidak mengakui keutamaan umat lain. Kini kita patut bertanya, apa
alasan kita sampai terpengaruh oleh pendapat-pendapat mereka mengenai
peradaban kita sendiri? Mengapa sebagian putera umat kita ikut mencela
peradabannya sendiri yang selama beberapa abad telah menundukkan dunia
di hadapan kedua kakinya?
Sanggahan-Sanggahan Terhadap Orang yang Mencela Peradaban Kita.
Barangkali alasan pencela-pencela itu ialah bahwa peradaban kita tidak
ada artinya jika dibandingkan dengan mutiara-mutiara peradaban modern
serta penemuan dan penaklukannya dalam cakrawala ilmu pengetahuan
modern. Kendati ini benar tapi tetap tidak layak mencela peradaban kita
karena:
1. Setiap peradaban mengandung dua unsur yaitu unsur moral spiritual dan unsur material.
Mengenai unsur material, tidak di ragukan lagi. Setiap peradaban yang
datang kemudian mengungguli peradaban sebelumnya. Itu adalah
sunnatullah dalam perkembangan kehidupan dan sarana-sarananya. Sia-sia
apabila kita menuntut peradaban terdahulu dengan kemajuan yang dicapai
peradaban berikutnya. Andaikata ini boleh, maka tentu kita pun boleh
pula mencemooh setiap peradaban yang mendahului peradaban kita
lantaran kemajuan yang diciptakan oleh peradaban kita berupa
sarana-sarana kehidupan dan fenomena-fenomena peradaban yang belum
pernah dikenal sama sekali oleh peradaban-peradaban terdahulu. Maka,
unsur material dalam peradaban- peradaban selamanya tidak bisa dijadikan
dasar untuk saling mengakui kelebihan dan keutamaan peradabannya
diantara yang satu dengan yang lain.
Adapun unsur moral spiritual adalah unsur yang mengekalkan
peradaban-peradaban dan menjadi sarana untuk menaikkan risalah
membahagiakan manusia dan menjauhkannya dari penderitaan dan momok yang
menakkutkan. Di bidang ini peradaban kita telah mengungguli setiap
peradaban dan mencapai batas yang tak ada bandingannya dalam masa
sejarah manapun. Cukuplah peradaban kita kekal dengan hal ini.
Tujuan peradaban sebenarnya untuk mendekatkan manusia ke puncak
kebahagiaan, dan peradaban kita telah berbuat untuk itu selama ini
tidak pernah diperbuat oleh sebuah peradaban manapun baik di Timur
maupun Barat.
2. Peradaban tidak bisa dibandingkan satu dengan yang lainnya dari
ukuran material atau dengan hitungan jumlah dan luas, atau dengan
kemewahan material dalam penghidupan, makanan dan minuman, tetapi
peradaban harus dibandingkan menurut pengaruh- pengaruh yang
ditinggalkannya dalam sejarah kemanusiaan. Dalam hal ini kedudukan
peradaban sama dengan kedudukan peperangan yang tidak bisa dibandingkan
satu sama lain berdasarkan luasnya medan atau hitungan jumlah.
Peperangan yang sangat menentukan dalam sejarah kuno dan pertengahan
jika dibandingkan dengan perang Dunia II dari segi jumlah pasukan dan
sarana-sarana perang tentu tak ada artinya. Namun, peperangan itu tetap
dianggap mempunyai nilai lebih dalam sejarah karena mempunyai pengaruh-
pengaruh yang jauh.
Dalam perang Kani, dimana panglima Carthagi yang tersohor, Hannibal
berhasil menghancurkan pasukan Romawi, sampai sekarang masih merupakan
salah satu pertempuran yang diajarkan di sekolah-sekolah militer di
Eropa. Pertempuran Khalid bin Walid dalam penaklukan Irak dan Syria
masih menjadi objek kajian dan kekaguman militer-militer Barat,
sedangkan bagi kita itu merupakan lembaran-lembaran emas dalam sejarah
penaklukan-penaklukan dalam peradaban kita. Berlalunya perang Kani, perang Badar, perang Qadisiah atau perang Hittin tidak mengubah pandangan bahwa perang-perang itu adalah perang- perang yang menentukan dalam sejarah.......wasalam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar