Seorang Wanita Tua Yang Menyaksikan Mukjizat Nabi Muhammad SAW
Bahkan, kaum kafir Quraisy berniat
untuk membunuh Rasulullah beserta sahabatnya yang telah masuk Islam.
Guna menghindari kekejaman kafir Quraisy, Rasulullah pun kemudian hijrah
ke kota Madinah.
Tanpa perbekalan yang memadai, Rasulullah berangkat menuju Madinah. Sebuah perjalanan yang tak mudah dan tak juga ringan.
Di tengah perjalanan menuju kota
Madinah, rombongan Rasulullah melewati sebuah kemah milik seorang wanita
tua bernama UMMU MA’BAD di wilayah Qudaid -antara Makkah dan Madinah.
Saat itu, Ummu Ma’bad sedang duduk di dekat kemahnya. Lantaran
perbekalan yang minim, rombongan Rasulullah pun singgah ke kemah Ummu
Ma’bad.
Rasulullah dan sahabatnya ingin membeli
daging dan kurma dari Ummu Ma’bad. Namun, mereka tidak mendapatkan
apa-apa. Saat itu, wilayah Qudaid sedang didera musim paceklik.
Lalu Rasulullah melihat seekor kambing yang ada di dekat kemah Ummu
Ma’bad.
Rasulullah pun bertanya, “Kambing betina
siapa ini wahai Ummu Ma’bad?”, Ummu Ma’bad menjawab, “kambing betina tua
yang sudah ditinggalkan oleh kambing jantan.” Rasulullah kembali
bertanya, “Apakah ia masih mengeluarkan air susu?” Ummu Ma’bad menjawab,
“Bahkan ia tak mengandung air susu sama sekali.” Lalu Rasulullah
meminta izin, ”Bolehkah aku memerah air susunya?”
Ummu Ma’bad menjawab, “Jika engkau
merasa bisa memerahnya, maka silahkan lakukan.” Nabi Muhammad SAW pun
mengambil kambing tersebut dan tangannya mengusap kantong susunya dengan
menyebut nama Allah dan mendo’akan Ummu Ma’bad pada
kambingnya tersebut.
Tiba-tiba kambing itu membuka kedua
kakinya dan keluarlah air susu dengan derasnya. Kemudian Rasulullah
meminta sebuah wadah yang besar lalu beliau memerasnya sehingga penuh.
Beliau memberi minum kepada Ummu Ma’bad hingga ia puas, lalu beliau
memberi minum rombongannya hingga mereka pun puas.
Dan beliau adalah orang yang terakhir
minum. Beliau kemudian memerah susu untuk kedua kalinya hingga wadah
tersebut kembali penuh, lalu susu itu ditinggalkan di tempat Ummu Ma’bad
dan beliau pun membai’atnya. Setelah itu rombongan pun berlalu.
Tak lama, datanglah suami Ummu
Ma’bad dengan menggiring kambing yang kurus kering, berjalan sempoyongan
karena lemahnya. Setelah melihat susu, ia bertanya keheranan,
“Darimana air susu ini wahai Ummu Ma’bad? padahal kambing ini sudah lama
tidak hamil dan kita pun tidak memiliki persediaan susu di rumah?”
Ummu Ma’bad menjawab, “Demi Allah, bukan karena itu semua. Sesungguhnya
seseorang yang penuh berkah telah melewati (rumah kita), sifatnya begini
dan begitu.” Abu Ma’bad berkata, ”Ceritakanlah kepadaku tentangnya
wahai Ummu Ma’bad.”
Ummu Ma’bad bertutur: “Aku melihat
seorang yang tawadhu (rendah hati). Wajahnya bersinar berkilauan, baik
budi pekertinya, dengan badannya yang tegap, indah dengan bentuk kepala
yang pas sesuai bentuk tubuhnya.” Ia adalah seorang yang berwajah sangat
tampan. Matanya elok, hitam dan lebar, dengan alis dan bulu mata lebat
nan halus. Suaranya bergema indah berwibawa, panjang lehernya ideal,
jenggot nya tumbuh tebal dan sangat kontras lagi sesuai warna rambutnya;
rapi, rata pinggir-pinggirnya (dengan jambangnya) dan antara rambut
dan jenggotnya bersambung rapi.
Jika ia diam, nampaklah kewibawaannya.
Jika ia berbicara nampaklah kehebatannya. Jika dilihat dari kejauhan, ia
adalah orang yang paling bagus dan berwibawa. Jika dilihat dari dekat,
ia adalah orang yang paling tampan, bicaranya gamblang, jelas, tidak
banyak dan tidak pula sedikit. Nada bicaranya seperti untaian mutiara
yang berguguran.
Beliau berperawakan sedang, tidak tinggi
dan tidak pula pendek. Ia bagaikan sebuah dahan di antara dua dahan.
Diantara ketiga orang itu, penampilannya paling bagus dan
kedudukannya paling tinggi. Ia memiliki banyak teman yang
mengelilinginya. Jika ia berbicara, maka yang lain pun mendengarkannya.
Jika ia memerintah, maka mereka segera melaksanakannya. Ia adalah orang
yang ditaati, tidak cemberut dan bicaranya tidak sembarangan.
Abu Ma’bad berkata, “Demi Allah, ia
adalah seorang dari Quraisy yang sedang diperbincangkan di kalangan kami
di kota Makkah. Aku ingin menjadi sahabatnya. Sungguh aku akan
melakukannya jika aku bisa menemukan jalan untuk mendapatkannya.”
Sungguh terperinci sifat sifat Rasulullah
yang dituturkan Ummu Ma’bad. Kisah Ummu Ma’bad sangat masyhur,
diriwayatkan dari banyak jalan yang saling menguatkan satu dengan
lainnya.
(Seperti diuraikan dalam buku Perempuan-perempuan Mulia di Sekitar Rasulullah by Muhammad Ibrahim Salim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar