Indonesia Dikuasai Partai dan Pemimpin Munafik
Indonesia sekarang ini dikuasai oleh
partai dan pemimpin munafik. Lidah mereka bercabang banyak. Wajah mereka
nampak sumringah dan manis, tetapi hati mereka sejatinya busuk, dan
memendam permusuhan terhadap Islam dan umat Islam.
Asy-Syaukani mengatakan munafik modern,
selalu menampakkan jati mereka sebagai muslim. Tetapi, hati mereka
memendam kebencian dan permusuhan yang sangat dalam terhadap Islam dan
Muslim, dan selalu berusaha menusuk dari belakang. Mereka itu lebih
dekat kepada kekafiran dibanding dengan keimanan.
Karakter dasar orang munafik itu, selalu
menyembunyikan kejahatan mereka di dalam hati dengan rapat, dan
menampakkan wajah mereka dengan sangat manis, dan penuh simpati kepada
Islam dan Muslim. Mereka tidak segan-segan menghancurkan orang-orang
Mukmin manakala mendapatkan kesempatan.
Allah Ta’ala berfirman :
“Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan : “Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankan dirimu. Mereka berkata, Sesungguhnya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu. Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan”. (QS : Ali Imran : 167)
Fenomena kemunafikan pada generasi awal
masa Rasulullah Shallahu Alaihi wassalam, terus berkembang sampai hari
ini. Di mana golongan munafik terus bertumbuh dengan sangat pesat.
Bentuk kemuanfikan mereka lebih menyerupai dalam bentuk menghinakan
kaum Muslimin dan dengan pola serta cara yang lebih membahayakan.
Sekarang begitu banyak mereka yagn
mengaku sebagai Muslim dan Mukmin, tetapi tidak jelas wala’ mereka.
Mereka meminta dukungan, bantuan, dan perlindungan kepada orang-orang
kafir. Bahkan mereka menjadikan orang-orang kafir sebagi pemimpin dan
pelindung mereka. Inilah yang menyebabkan kehancuran hari ini.
Orang-orang munafik yang pendusta itu,
menelikung umat Islam, dan mereka mengaku sebagai pemimpin, pejuang, dan
penegak Islam. Padahal, sejatinya mereka itu, orang-orang yang
menghalang-halangi manusia kepada jalan Allah. Kerusakan ini telah
menyebar sangat luas diantara kaum Muslimin saat ini.
Diantara ciri-ciri orang-orang munafik itu, diantaranya yang sangat nyata :
Pertama, menjadikan orang-orang kafir sebagai penolong.
Kita dapat melihat bergesernya fenomena
loyalitas yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang munafik kepada
Islam justru kini lebih berafiliasi kepada saudara-saudara mereka yang
kafir. Jika kita perhatikan para pemimpin Muslimin, maka akan kita
temukan tidak ada seorangpun diantara mereka yang bebas dari loyalitas
kepada orang-orang kafir.
Ibnu Jarir menegaskan, “Orang-orang yang
menjadikan orang-orang kafir sebagai teman dan penolong dengan maksud
mencari kekuatan, sesungguhnya meereka adalah orang-orang yang dungu dan
tidak sempurna. Mereka tidak mau menjadikan Allah, Rasul dan
orang-orang Mukmin sebagai penolong mereka.
Selanjutnya, Ibnu Jarir menegaskan,
orang-orang yang mengambil orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan
meninggalkan orang-orang Mukmin, maka ia digolongkan sebagai penganut
agama dan kepercayaan mereka (kafir). Tentu, yang dimaksudkan disini
menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin mereka. (QS : al-Maidah : 51-52)
Kedua, menghinakan dan melecehkan Allah, Rasulullah, dan kaum mukminin.
Wajah permusuhan orang-orang munafik kepada kaum Mukminin begitu kasat dalam upaya melecehkan dan menghina terhadap Islam. (QS : al-Baqarah : 14-15)
Beberapa kalangan kaum munafik, ada yang
tinggal dan hidup bersama kaum Mukminin, duduk bersama mereka dalam
majelis. “Aku adalah golongan kalian dan sejalan dengan kalian”, ucap
mereka. Saat mereka bertemu dengan para pemimpin mereka, maka mereka
mengatakan, “Aku mengucapkan itu, karena dangkalnya akal orang-orang
mukmin dan kedunguan mereka. Mereka percaya kalau aku berada dalam
barisan mereka”.
Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim,
menyebutkan sebuah hadist dai Ibnu Umar RA, “Saat perang Tabuk terjadi,
seorang lelaki berkata di sebuah majelis, “Kami tidak pernah berdusta
dan tidak pernah gentar untuk berperang. Mendengar itu berkatalah
seorang lelaki yagn juga berada di majelis itu, “Kamu bohong,dan kamu
adalah orang munafik. Aku sungguh akan melaporkanmu kepada Rasulullah
Shallahu Alaihi wassalam.
Ibnu Umar melanjutkan, “Kulihat lelaki
itu tengah terikat unta Rasulullah Shallahu Alaihi wassalam dilempari
batu sembari berkata, “Wahai Rasul, kami hanya bersenda gurau dan
main-main. Kemudian Rasul Shallahu Alaihi wassalam, berkata, “Apakah
dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?
Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman”. (QS : Taubah : 65-66)
Itulah kondisi orang-orang munafik sampai
hari ini. Mereka para pendusta, dan selalu mengaku sebagai beriman,
pejuang, dan penegak Islam. Tetapi, sejatinya mereka adalah orang-orang
yang ingin menipu Allah, Rasul dan orang-orang Mukmin.
Ibnu Taimiyah mengomentari Surah
al-Muthafifin, ayat 29-35, mengatakan, ayat itu memberitakan bahwa
mereka telah kafir sesudah beriman, karena perkataan mereka, “Kami
bicara kekufuran tanpa disertai keyakinan. Kami hanya bergurau dan
main-main”. Dan Allah telah menjelaskan bahwa menghina ayat-ayatNya
adalah sebuah tindakan kekufuran.
Fenomena kemunafikan hari ini telah
terjadi di mana-mana, khususnya di dalam sistem yang ada sekarang ini.
Di mana partai dan pemimpin politik, dikuasai oleh kalangan munafikin,
yang bermulut manis, dan berwajah manis, tetapi sesungguhnya manusia
yang paling memusuhi agama Allah.
Mereka para pendusta, dan orang-orang
yang hatinya sakit. Karena, mereka terperangkap dalam kehidupan dunia.
Mereka terperangkap syaithan, dan menjadi pengikut para penyembah dunia.
Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar